Rabu, 28 Oktober 2009

DON'T PUSH OUR KIDS PLEASE.........

Kita selaku orang tua yang masih mempunyai anak anak usia sekolah seringkali berkeyakinan bahwa tugas anak adalah belajar dan orang tua adalah mencari nafkah. Belajar disini maksudnya berkaitan dengan tugas tugas anak kita sebagai murid sekolah. Dan kategori belajar bagi kebanyakan orang tua si anak mengerjakan PR. Padahal belajar yang sesungguhnya adalah gak sesederhana itu.
Pengalaman saya sebagai ibu, yang sekaligus ikut mencari nafkah keluarga, kadang masih menyempatkan diri untuk melihat dan menemani anak anak mengerjakan PR. Ketidaksabaran menghadapi anak anak, mengakibatkan saya sering lepas control, saya emosi….setelah itu, Duh Gusti…..saya menyesal telah berlaku kasar ke anak.
Saya dan mungkin kebanyakan orang tua lainnya, selalu menginginkan nilai di ulangan dan raport anak anak tidak mengecewakan, seolah disitulah ukuran kesuksesan anak sebagai pelajar, dan tentunya ada kebanggaan telah “SUKSES” menjadi orang tua pencetak anak anak brilian.
Kalau kita pahami lagi, belajar itu tidaklah melulu hanya mengerjakan PR. Dan raport itu bukan lambang kesuksesan belajar. Saya baru menyadari ini semua tadi malam, setelah saya melihat anak saya menitikkan air mata karena perlakuan saya dan suami yang gemas dan kasar karena tidak sabar mengajari matematika pada anak saya yang pertama.
Ya Allah, betapa saya menyesal atas semua ini. Saya mungkin salah menilai terhadap anak saya, dia bukan tidak bisa matematika, tapi dia tertekan oleh kedua orang tuanya yang “menakutkan.”
Betapa anak saya setiap hari selalu bertanya mengenai hal baru yang tidak dia ketahui. Itu kan termasuk Proses Belajar? Jadi Belajar itu merupakan Proses kan?
Kemarin dia bertanya ,”Ma, apa perbedaan Kuman dan Virus?” saya terperangah tapi tentu tidak bisa saya menjawabnya, kemudian saya mencari di internet, saya mencari di blog blog yang pemiliknya ahli kesehatan. Mudah mudah apa yang saya sampaikan ini bisa membuat anak saya bahagia.

Learning [is] that reflective activity which enables the learner to draw upon previous experience to understand and evaluate the present, so as to shape future action and formulate new knowledge (Abbott dalam Watkins dkk, 2000)

Dari pengertian di atas mungkin dapat kita ambil sari dari belajar itu sendiri, ialah Kegiatan yang memanfaatkan pengalaman sebelumnya untuk bisa memahami dan mengevaluasi pengalaman baru sehingga dapat membentuk dan merumuskan kegiatan baru di masa yang akan datang.
Bayangkan….belajar itu berarati sejak bayi masih di dalam perut ibunya, belajar itu dengan segala kegiatan sehari hari, dengan komunikasi antar anak dengan orang tuanya dan orang orang di sekelilingnya, dengan bermain…..belajar di sekolah adalah sebagian kecil dari proses belajar. Saya mengatakan demikian tidak berarti saya mengecilkan arti pendidikan formal bagi anak, tidak sama sekali. Saya hanya ingin mengingatkan, minimal untuk diri saya sendiri, tidak baik bagi kita menekan anak untuk mengerjakan PR dan menguasai pelajaran sesuai dengan yang kita harapkan, apalagi kalau sampai hilang kendali seperti saya dan suami saya lakukan. Apa yang kita harapkan tentunya sepadan dengan logika kita sebagai orang dewasa, tapi hal yang sering kita lupakan anak kita usianya masih dini, tentu dengan akal dan logika yang jauh berbeda dengan diri kita, meskipun pada beberapa anak istimewa bisa setara dengan logika orang dewasa.
Mari Ibu ibu…..mulai sekarang, kita hilangkan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan tekanan batin bagi anak, yang justru akan menghilangkan semangat belajarnya. Kita sebagai orang tua mungkin lebih baik merangsang anak untuk dengan inisiatif membaca bukunya, dan kalau itu pelajaran matematika, bagaimana kita bisa membuat cara belajar yang enak buat anak, sambil bermain tebak tebakan misalnya. Mareeeee….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar